Senin, 27 Oktober 2008

Tata Upacara Pernikahan Adat Minang Sungai Pagu

Pernikahan Adat Minang Sungai Pagu

Minangkabau memiliki prosesi pernikahan yang sangat beragam, begitu juga atribut pakaian dan perhiasan yang dikenakan pengantinnya dikala melangsungkan pernikahan. Masing-masing nagari memiliki karakteristik busana pengantin dan hiasan kepala yang dikenakan pengantin juga berbeda. Berikut ini adalah tradisi pernikahan adat Serambi Sungai Pagu di Solok Selatan, yang merupakan alam serambinya Minangkabau

Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah, begitulah falsafah masyarakat Minangkabau. Surau tidak saja menjadi tempat melakukan ritual ibadah tetapi juga lembaga yang dipercaya untuk mendidik anak-anak laki-laki hingga mereka remaja. Dalam masyarakat Minangkabau lama khususnya Solok selatan, anak laki-laki wajib tinggal di surau hingga usia mereka siap untuk merantau. Surau juga merupakan tempat menimba ilmu agama bagi para gadis Minangkabau. Pertemuan demi pertemuan tak jarang menumbuhkan benih perasaan cinta antara muda mudi Minangkabau ini yang berujung pada pernikahan.

Menjalin Pendekatan

Terdapat empat suku di Solok Selatan, yaitu: Melayu, Panai, Kampai, Tigo Lare dan Bakapanjangan. Seperti umumnya berlaku dalam masyarakat Minangkabau, tidak dibenarkan melakukan pernikahan sesama suku di Minang. Ketentuan ini wajib dipahami bagi para muda yang ingin mencari pasangan hidup. Janji setia terpartri bagi pemuda yang akan merantau. Mencari pengalaman, mencoba kemandirian serta mencari bekal materi untuk berumah tangga.

Maanta Siriah Tanyo

Mendapatkan menantu anak dari saudara suami, adalah harapan bagi para ibu di Minangkabau. Pernikahan semacam ini disebut induk bako.

Pernikahan ideal lainnya adalah ikatan pernikahan antara anak dari keluarga ibu dengan anak paman yang disebut anak pisang. Sebelum melamar ninik mamak dan orang tua sudah saling menjajaki kemungkinan menikahkan anak mereka.

Mananti bali/Maanta bali

Bagian dari prosesi pernikahan adat Minang Sungai Pagu ini memberi gambaran bahwa pihak calon pengantin pria berkewajiban menyediakan keperluan pesta kepada pihak calon mempelai wanita. Ada dua istilah untuk prosesi ini: mananti bali yang dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita dan maanta bali yang dilakukan mulai dari rumah calon pengantin pria.

Rombongan atau utusan keluarga calon pengantin pria beriringan sambil menjunjung hantaran berupa bahan mentah menuju kediaman keluarga calon pengantin wanita. Selain itu ada juga hantaran yang disiapkan oleh bako calon pengantin pria. Perlengkapan hantaran antara lain: beras, gula, telur, minyak kelapa, pisang, sirih, pinang dan sejumlah uang sesuai kesepakatan . Hantaran istimewa oleh bako calon pengantin pria: sebutir tunas kelapa, pisang raja, kacang panjang, telur bebek dan sirih pinang lengkap.

Malam Bainai

Malam Bainai di Minangkabau adalah malam seribu harapan, seribu doa bagi kebahagiaan rumah tangga anak daro yang akan melangsungkan pernikahan esok harinya. Tumbukkan daun inai, atau yang biasa disebut daun pacar, di torehkan pada kuku calon mempelai oleh orang tua, ninik mamak, saudara, handaitaulan dan orang-orang terkasih lainnya.

Akad Nikah

Kata sepakat telah didapat, ikatan kasih telah dimaktubkan dalam bingkai syariat, akad nikah. Ikrar Ijab Kabul di Minangkabau dilakukan tanpa didampingi mempelai wanita. Ijab Kabul umumnya dilakukan pada hari Jum’at siang. Usai mengucapkan akad, mempelai pria kembali ke kediamannya, kemudian sore harinya dilakukan ritual adat Manjalang.

Menunggu Waktu Manjalang

Menjelang sore seusai akad nikah, anak daro berhias lengkap. Berbalut busana adat pernikahan minang nan indah gemerlap. Kemilau sunting menghiasi kepala. Untaian kote-kote menjuntai indah di sisi pipi kiri dan kanan. Menunggu waktunya menjemput sang nahkoda biduk rumah tangga.

Manjalang

Gambaran penuh hikmah para tetua menghantar anak daro dalam mengarungi hidup rumah tangga. Payung dan bahan makanan menyimbolkan pengayoman, penghidupan bagi rumah tangga yang akan dibina anak daro yang mereka antarkan. Perjalanan biduk rumah tangga berliku yang tidak selalu indah akan dilalui setelah prosesi pernikahan adat minang terselenggara lengkap. Namun langkah tetap dimantapkan untuk satu tujuan, menghantarkan anak daro pada orang yang diamanatkan, sang suami.

Maanta Marapulai

Teman-teman mengantar marapulai – sang pengantin pria – sebagai tanda turut berbahagia. Kian hari kian berkurang jumlah pengantarnya, hingga marapulai mulai terbiasa di tinggal di rumah anak daro. Pada budaya Minang, tinggal di rumah mertua layaknya kewajiban bagi Marapulai. Sebagai pengantin baru, mereka akan menempati kamar bilik yang paling kiri

Manikam Jajak

Satu minggu setelah akad nikah, umumnya pada hari Jum’at sore, kedua pengantin baru pergi ke rumah orang tua serta ninik mamak pengantin pria dengan membawa makanan. Tujuan dari upacara adat Manikam jajak di Minang ini adalah untuk menghormati atau memuliakan orang tua serta ninik mamak pengantin pria seperti orang tua dan ninik mamak sendiri.

Tata Upacara Pernikahan Adat Minang Bayur Maninjau

Di Sumatera Barat, nagari merupakan sebuah wilayah otonom yang bisa saja mempunyai adat yang berbeda dari nagari lain. Apabila terjadi pernikahan antara nagari Minangkabau, maka jalan yang ditempuh adalah melakukan kompromi untuk menentukan pernikahan adat Minang mana yang akan dipakai. Adanya persinggungan antara adat nagari di Minang ini pula yang kemudian melahirkan peraturan baru yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi. Demikian halnya bagi mereka yang tinggal di perantauan. Berikut ini adalah pernikahan adat Minang di nagari Bayur Maninjau sesuai dengan kondisi yang sekarang berlaku di tempat tersebut.

Rosok Aie Rosok Minyak

Istilah ini menggambarkan proses mencari kata sepakat tentang perjodohan sebelum terjadinya pernikahan, khususnya di Nagari Bayur Maninjau, Minangkabau. Apabila seorang anak perempuan telah dewasa dan sudah saatnya berumahtangga, pada saat itulah Bapak dan Ibu mulai berunding dengan mamak (biasanya mamak kanduang} untuk mencarikan jodoh. Mamak adalah Adik atau Kakak dari Ibu. Dalam hal ini berarti tanggungjawab ada dipundak Mamak, sebagai penanggung jawab dalam kaumnya khususnya kemenakan.

Rosok aie rosok minyak mempakan istilah Minang untuk mendatangi pihak calon suami yang akan dijodohkan dengan anak perempuan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan secara sangat rahasia antara pihak keluarga perempuan dengan mamak laki-laki, untuk mencari kata sepakat tentang perjodohan.

Apabila telah mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak, maka ditentukan hari baik untuk maantaan tando - mengantar tanda rnelamar. Apabila calon yang dimaksud kebetulan bako (anak saudara ayah yang perempuan) maka diistilahkan dengan kuah talenggang kanasi. Sekiranya yang menjadi calon bukan dari pihak bako istilahnya adalah seperti tapungkang dibalam.

Maantaan Tando

Merupakan prosesi yang dilakukan sebelum pernikahan adat dilaksanakan yaitu mengantarkan tanda pengikat atau pertunangan oleh calon pihak perempuan ke calon pihak laki-laki. Khusus di Nagari Bayur Maninjau bentuk pengikat lazimnya berupa satu buah cincin emas berat minimal 5 gram. Pada saat tersebut juga ditetapkan tanggal untuk menjemput calon mempelai perempuan, untuk datang bertandang kerumah calon pengantin laki-laki.

Manjapuik Calon Minantu

Pihak calon mempelai laki-laki datang kerumah calon mempelai perempuan untuk bertandang dan menjemput calon mempelai perempuan yang akan bermalam 2-3 malam dirumah calon pengantin laki-laki. Selama calon pengantin perempuan tidur dan menginap dirumah pihak laki-laki, maka calon pengantin laki-laki tidak dibenarkan tidur dirumahnya. Dan biasanya calon pengantin laki-laki akan tidur ditempat yang sudah disepakati. Bila malam bertandang ini berakhir maka calon mempelai perempuan diantarkan kembali ke rumahnya dengan memberi tanda mata — biasanya berupa seperangkat baju yang akan dipergunakan pada acara pernikahan adat.

Manakik Hari

Setelah melewati masa pertunangan biasanya 3 bulan atau lebih, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, maka akan diadakan acara manakik hari atau acara menentukan hari baik untuk melangsungkan acara pernikahan adat. Pada saat tersebut mulailah disusun serangkaian kegiatan untuk mempersiapkan pesta pernikahan perempuan dengan acara prosesi baduduak.
Prosesi Acara Baduduak

Merupakan rangkaian persiapan dan pelaksanaan pesta pernikahan di kediaman calon mempelai perempuan. Adapun rangkaian prosesi acara pernikahannya adalah sebagai berikut:
- Maendang/Manjalang
Prosesi di mana keluarga dari pihak perempuan akan datang ke rurnah calon mempelai laki-laki untuk melaksanakan prosesi adat Manjalang/Maendang. Pada kesempatan tersebut dilakukan pembicaraan guna mencari kesepakatan untuk menentukan kaum kerabat laki-laki yang pantas untuk dijalang atau dijunjungi oleh Anak Dan (calon pengantin perempuan), mulai dari Penghulu, mamak, urang sumando, abang atau kakak dari pihak laki-laki.
- Malam Bainai
Menjelang senja sekitar jam 18.00 marapulai (penganten laki-laki) akan mencari teman-teman anak daro untuk diajak bertandang kerumah anak daro untuk melalui proses Adat "Malam Bainai". Pada malam Bainai teman-teman perempuan mempelai perempuan akan bermalam di rumah calon pengantin perempuan untuk memasang inai ditangan sambil bergurau dikawal anak muda yang merupakan teman dari pengantin laki-laki. Prosesi malam bainai akan dimeriahkan dengan segala bunyi-bunyian musik tradisional, sehingga juga disebut dengan malam "bagurau".
- Mandoa/syukuran
Dihadiri oleh angku ninik mamak, imam khatib dan tokoh masyarakat untuk mendoakan keselamatan dan kebahagiaan kedua mempelai serta rasa syukur karena telah terjadinya ikatan pernikahan antar anak kemenakan kedua belah pihak. Prosesi ini dilaksanakan di rumah pihak mempelai laki-laki.
- Manjapuik Pitih
Pagi harinya akan dilanjutkan dengan prosesi "Manjapuik Pitih". Pada acara ini pihak mempelai perempuan yang terdiri dari pihak sumando manyumando dengan berpakaian adat "kebaya pendek" untuk mengambil kembali tanda pengikat yang diserahkan sebagai tanda pertunangan dahulu.
Selang beberapa jam kemudian pihak pengantin perempuan yang terdiri dari Datuak, Penghulu, Urang samando manyumando, Mamak rumah, lengkap dengan pasambahan kerumah pengantin laki-laki. Dirumah pengantin laki-laki, pihak perempuan akan dinanti dengan jamuan dan hidangan. Selesai jamuan makan maka pihak perempuan akan membawa kembali kedua calon pengantin ke rumah pihak perempuan.
Keindahan Adat tradisi "alua pasambahan" akan merupakan dia*log niniak mamak mempelai laki-laki dan perempuan untuk mem*bawa pasangan pengantin kerumah mempelai perempuan. Prosesi diiringi oleh gemuruhnya tabuah tasa -musik tradisional Minang, seiring dengan kedua mempelai diarak kembali kerumah mempelai perempuan untuk bersanding.
- Mancurahkan Makanan
Prosesi berlanjut dengan "mancurahkan makanan" oleh dayang-dayang kepada "pasnaan laki-laki" sebanyak 4 orang. Anak daro duduk menemani suaminya makan bersama, setelah acara makan selesai maka marapulai (pengantin laki-laki) kembali kerumah bersama pasanaannya.

Maantaan Paimbau

Mengantarkan seperangkat kebutuhan anak daro atau marapulai oleh pihak marapulai ketempat anak daro antara lain berupa : selimut, alat kosmetik, baju, kain sarung, handuk, sandal dan payung.

Menjelang tengah malam, marapulai diantarkan kembali oleh pasanaannya kerumah anak daro untuk bermalam. Pengantin perempuan mengadakan jamuan kepada suaminya bersama pas*anaannya sambil bersenda gurau, kemudian dilanjutkan dengan acara mengganti pakaian sebelum masuk ke kamar tidur. Pada keesokan harinya mempelai pria akan keluar kamar dengan menyiramkan minyak wangi kepada pasanaannya dan orang-orang yang menemani tidur dirumah anak daro untuk kemudian kembali pulang kerumah orang tuanya.

Keesokan harinya pukul 08.00 pagi marapulai laki-laki datang kerumah mempelai perempuan untuk melaksanakan acara berdoa.

Selesai berdoa anak daro dan marapulai "Manjalang" kepada kedua orang tua serta keluarga terdekat marapulai.

Sumber:
Majalah Mahligai Edisi Perdana 2006, halaman 60-65
__

Tata Upacara Pernikahan Adat Na Gok (Batak)

1. Mangarisika..

Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas, dan lain-lain.

2. Marhori-hori Dinding/marhusip..

Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.

3. Marhata Sinamot..

Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang oada kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (tuhor).

4. Pudun Sauta..

Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri dari :

1. Kerabat marga ibu (hula-hula)

2. Kerabat marga ayah (dongan tubu)

3. Anggota marga menantu (boru)

4. Pengetuai (orang-orang tua)/pariban

5. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.

5. Martumpol (baca : martuppol)

Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Tata cara Partumpolon dilaksanakan oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak lanjut Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat, yang di HKBP disebut dengan Tingting (baca : tikting). Tingting ini harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut. Apabila setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).

6. Martonggo Raja atau Maria Raja.

Adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada pesta/acara pernikahan dan berkenaan dengan itu agar pihak lain tidak mengadakan pesta/acara dalam waktu yang bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau penggunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.

7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)

Pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara pamasu-masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh kerabat pria disebut Pesta Mangalap parumaen (baca : parmaen)

8. Pesta Unjuk

Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri. Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :

1. Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut (daging) dan jambar uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.

2. Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca : dekke) dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

9. Mangihut di ampang (dialap jual)

Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-elukan kerabat pria dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos yang disediakan oleh pihak kerabat pria.

10. Ditaruhon Jual.

Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.

11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)

1. Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin pria.

2. Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru

12. Paulak Unea..

a. Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya
memulai hidup baru.

13. Manjahea.

Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian.

14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)

Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga terutama setelah berdiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud maningkir tangga (yang dimaksud dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam kunjungan ini parboru juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio dan dengke simundur-mundur).Dengan selesainya kunjungan maningkir tangga ini maka selesailah rangkaian pernikahan adat na gok.

Tata Upacara Pernikahan Adat Sunda

UPACARA ADAT PERNIKAHAN SUKU SUNDA

Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.

2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.

3. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.

4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.

5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
o Dipimpin pengeuyeuk.
o Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
o Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
o Disawer beras, agar hidup sejahtera.
o dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
o Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
o Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
o Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).

6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.

7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.

8. Upacara Prosesi Pernikahan
o Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
o Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
o Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
o Sungkeman,
o Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
o Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
o Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
o Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan

Minggu, 26 Oktober 2008

Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Jawa - Solo

Adat Jawa - Surakarta
---------------------
Lamaran
Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka.
Pada acara ini, kedua keluarga jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah yang biasanya menentukan jenis pernikahannya:* Paes Agung yaitu pernikahan agung* Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana. Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan pernikahan.


Persiapan Pernikahan
Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes yang mewakili mempelai perempuan. Pemaes atau juru rias ini antara lain bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang akan dilangsungkan:* makanan dan minuman yang akan disajikan* tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta* pembawa acara (emcee) yang akan diundang* acara Siraman* acara Ijab dan saksi-saksinya* kata sambutan* keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi* sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya* dekorasi tempat pernikahanHal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah acara Ijab upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan sebagai suami dan istri yang sah.

Hiasan Pernikahan
Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi Tarub atau janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan:
* 2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).
* Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.
* Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.
* Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya.Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya.Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggihUpacara SiramanAcara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh)- biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi.Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai:
* Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air.
* Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, yang ditaruh di air.* Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.
* Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merang, santan, dan air asam Jawa.
* Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.
* Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.
* Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.
* Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
* Kendi.
* SesajianSesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian:
* Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan-hiasan.
* Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.
* Makanan seperti ayam, tahu, telur.
* Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.
* Kelapan muda.
* Tujuh macam bubur.
* Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.
* Seekor ayam jago
* Lampu lentera
* Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).

Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:
* Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orangtuanya masing-masing.
* Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya.
* Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
* Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
* Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.
* Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali.
* Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.
* Setelah orangtua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting.
* Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik).
* Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan.
* Sang pengantin akan mengenakan baju batik kemudian diiringi kembali ke kamar pengantin dan bersiap siap untuk acara MidodarenPecah KendiKendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah Pamore" - artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.Pangkas Rikmo lan Tanam RikmoAcara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang.NgerikSetelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.GendhonganKedua orangtua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anakDodol DhawetKedua orangtua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang.Temu PanggihPenyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan.Penyerahan CikalSebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu apapun.Penyerahan Jago KisohSebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.Tukar Manuk Cengkir GadingAcara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat

Upacara Midodareni
Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman. Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.

Peningsetan
Peningsetan yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah:
* Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan.
* Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan.* Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan.
* Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan* Buah-buahan, mendoakan kesehatan.
* Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari.
* Sepasang cincin untuk kedua mempelai.
* Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan.
Acara ini disebut juga acara serah-serahan - bisa diartikan sang calon mempelai perempuan 'diserahkan' kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan.Pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan.

Sesajian untuk upacara midodaren:
* Nasi dimasak dengan santan.
* Ayam inkung yang telah dimasak
* Bumbu sayuran
* Kembang telon
* Teh dan kopi pahit
* Minuman kelapa muda dengan gula kelapa
* Lampu lentera yang dinyalakan
* Pisang Raja
* Kembang setaman
* Lemper, kue
* Rokok dan kretek

Barang-barang yang ditaruh di kamar pengantin:
* Satu set Kembar Mayang.
* Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dll, dan ditutupi kain batik.
* Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap serep.
* Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur.
* Suruh Ayu
* Kacang
* Tujuh macam kain tradisional.
Makanan sesajian dapat dikeluarkan dari kamar setelah tengah malam. Sanak keluarga dan para tamu dapat memakannya. Pada jaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas.NyantriSelama acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau anggota keluarga. Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orangtuanya akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar dari rumah dan pulan, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan Nyantri. Nyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan acara-acara lainnya.

Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.Pawai (untuk anggota kerajaan)Untuk pernikahan anggota kerajaan Surakarta, setelah upacara panggih diakhiri dengan pawai yang meriah agar seluruh warga kota Solo dapat melihat anggota kerajaan yang baru menikah. Pada acara ini seluruh anggota keraton termasuk tentara keraton berpakaian serba tradisional.Jika yang menikah adalah seorang pangeran, maka sang pangeran mengendarai kuda di bagian paling belakang pawai, di belakang kereta kerajaan yang berisi sang istri pangeran.Prosesi pawai mengelilingi halaman keraton selama satu kali kemudian iring-iringan akan memasuki halaman keraton.

Upacara PanggihTemu
Pada upacara ini kembar mayang akan dibawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Kembar mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa.

Dekorasi ini memiliki makna yang luas:
* Berbentuk seperti gunung, tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan sabar.
* Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka.
* Hiasan menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia.
* Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka.
* Hiasan menyerupai belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka.
* Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.
* Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain.
* Daun kruton, melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat.
* Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala).
* Bunga Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang.

Sebagai hiasan, sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri tempat duduk pengantin selama resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya digunakan jika pasangan pengantin belum pernah menikah sebelumnya.Setelah itu pengantin laki-laki (dengan ditemani kerabat dekatnya (orang tuanya tidak boleh menemaninya dalam acara ini) tiba di depan gerbang rumah pengantin perempuan dan pengantin perempuan keluar dari kamar pengantin dengan diapit oleh dua orang tetua perempuan dan diikuti dengan orangtua dan keluarganya. Di depannya dua anak perempuan (yang disebut Patah) berjalan dan dua remaja laki-laki berjalan membawa kembar mayang dan kemudian melanjutkan upacara dengan melakukan beberapa ritual:Balangan SuruhPada saat jarak mereka sekitar tiga meter, mereka saling melempar tujuh bungusan yang berisi daun sirih, jeruk, yang ditali dengan benang putih. Mereka melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain itu ritual ini juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.Wiji DadiMempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah dengan kaki kanan, kemudian pengantin perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya dan istri yang taat melayani suaminyaPupukIbu pengantin perempuan yang mengusap pengantin laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.Sindur BinayangDi dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin perempuan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu memberikan dukungan moral.

Timbang Pangkon
Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini pasangan pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin perempuan, dan sang ayah akan berkata bahwa berat mereka sama, berarti bahwa cinta mereka sama-sama kuat dan juga sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

Tanem
Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan pengantin di kursi pengantin sebagai tanda merestui pernikahan mereka dan memberikan berkat.

Tukar Kalpika
Mula-mula, pengantin pria meninggalkan kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki keluarga (saudara laki-laki dan paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati terpilih untuk berperan sebagai kepala rombongan.Pada waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria. Sekarang kedua pengantin duduk di meja dengan wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling menukarkan cincin sebagai tanda cinta.

Kacar-kucur / Tampa Kaya / Tandur
Dengan bantuan Pemaes, pasangan pengantin berjalan dengan memegang jari kelingking pasangannya, ke tempat ritual kacar-kucur atau tampa kaya. Pengantin pria akan menuangkan kacang kedelai, kacang tanah, beras, jagung, beras ketan, bunga dan uang logam (jumlahnya harus genap) ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. Pengantin perempuan menerima hadiah ini dengan dibungkus kain putih yang ada di pangkuannya sebagai simbol istri yang baik dan peduli.Dahar Klimah / Dahar Kembul / Dahar WalimahKedua pengantin saling menyuapi nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama. Pemaes akan memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan (berisi nasi kuning, telur goreng, kedelai, tempe, abon, dan hati ayam). Pertama-tama, pengantin pria membuat tiga bulatan nasi dengan tangan kanannya dan menyuapkannya ke mulut pengantin perempuan. Setelah itu ganti pengantin perempuan yang menyuapi pengantin pria. Setelah makan, mereka lalu minum teh manis.Rujak DeganAcara pembuka untuk anak pertama, memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan artinya agar dalam pernikahan selalu sehat sejahtera.[sunting] Bubak KawahAcara perebutan alat-alat dapur untuk anak pertama. Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera.Tumplak punjenAcara awal untuk anak bungsu. Artinya segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir.MertuiOrang tua pengantin perempuan menjemput orang tua pengantin laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Kedua ibu berjalan di muka, kedua ayah di belakang. Orangtua pengantin pria duduk di sebelah kiri pasangan pengantin, dan sebaliknya.

Sungkeman
Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orangtua. Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria. Selama sungkeman, Pemaes mengambil keris dari pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi.

Resepsi Pernikahan
Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga dilangsungkan.

============================================================
Sumber : Wikipdedia